Home » , » Di Balik Frekuensi

Di Balik Frekuensi

Written By Unknown on Rabu, 19 Juni 2013 | 22.47


Setelah reformasi, konglomerasi menjadi corak industri media di Indonesia. Pola tersebut terus berkembang dan seolah dilanggengkan dengan dijadikannya sistem itu sebagai pegangan para pelaku usaha media yang menjalankan operasional industri media di Indonesia.

Ribuan media dengan aneka format, baik cetak, online, radio, maupun televisi, yang informasinya diserap 250 juta penduduk Indonesia, hanya dikendalikan oleh 12 grup media. Tiap pemilik grup ini memiliki kepentingannya sendiri-sendiri dan kerap terang-terangan membanjiri publik dengan berita dan tayangan-tayangan dalam kanal-kanal media milik mereka yang banyak memanifestasikan kepentingan yang jelas bukan kepentingan publik.

Luviana adalah seorang jurnalis, telah bekerja 10 tahun di Metro TV. Di-PHK-kan karena mempertanyakan sistem manajemen yang tak berpihak pada pekerja, dan ia juga mengkritisi newsroom.

Hari Suwandi dan Harto Wiyono adalah dua orang warga korban lumpur Lapindo yang berjalan kaki dari Porong Sidoarjo ke Jakarta. Keduanya menghabiskan waktu hampir satu bulan dalam perjalanan itu guna mencari keadilan bagi warga korban Lapindo yang pembayaran ganti ruginya oleh PT Menarak Lapindo Jaya belum lagi terlunasi.

Melalui dua kisah tersebut, film dokumenter ini akan membawa kita pada perjalanan Di Balik Frekuensi yang menuntun kita akan sebuah pencarian terhadap makna “Apa itu media?” Seperti apakah media bekerja? Untuk siapakah mereka ada? Dan tentunya Film Di Balik Frekuensi mencoba menjawabnya. Lihat Trailernya di Bawah 


0 komentar:

Posting Komentar

Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS